windyasri

Disiplin tapi Happy.


R sedang senang mencontoh semua aktivitas orang-orang di rumah. Dia sangat suka sekali menyapu, melap lantai dan kaca jendela. Bahkan, ketika dia ngeces pun dy selalu bilang "Lap! Lap!" ketika dikasih tissue dia selalu menyeka ilernya setelah itu dia mengepel lantai dengan tissuenya. Padahal gak ada iler jatuh ke lantai sih. Kali ini saya mengenalkan R soal fungsi sapu dan pengki, saya ingin suatu saat dia belajar disiplin membersihkan sesuatunya sendiri. Tujuannya sih ngurangin kerjaan emaknyalah.. Ngomong-ngomong soal disiplin untuk anak di bawah umur 2 tahun, saya punya gaya sendiri dalam mendidik anak untuk selalu konsisten disiplin, tanpa membentak, tanpa memukul atau mencubit, tanpa drama kekerasan lainnya. Dan, hasilnya memang sangat saya rasakan betul manfaatnya sampai sekarang. Caranya? Awalnya, saya pernah membuka salah satu artikel parenting.co.id soal mendidik anak untuk disiplin. Yang intinya, tidak semua keinginan anak harus dituruti termasuk dalam hal picky eaters. Dan, kesuksesan disiplin ini tergantung sikap tegas dari si ibu. Tegas disini maksudnya menahan diri menuruti keinginan anak ketika anak merengek dan menangis. Artikelnya bisa disimak disini.
Terus terang, saya adalah new mom yang bisa dibilang sering banyak salah mendidik anak. Kesalahan disiplin yang pertama terjadi ketika R berusia 5 bulan sampai dengan 10 bulan, yaitu terlalu sering menggendong. Saya punya box bayi, tapi saya gagal membiasakan R bisa betah bermain di box sampai tertidur dengan sendirinya. R selalu menangis ketika dimasukkan box, dan selalu minta gendong. Awalnya saya menyanggupi, tapi dari hari ke hari R makin manja dan makin sering minta gendong, padahal ibu-ibu sangat padat dengan aktivitas lain yang harus dikerjakan saat itu juga. Akhirnya, saya mulai mendisiplinkan R untuk bisa betah di box, setiap R menangis minta gendong saya alihkan perhatiannya ke mainan, kadang saya diamkan saja. Tapi misi ini rusak karena si 'mbak' sangat tidak tegaan, dan beliau memilih menyerah dan menggendong si R. Saya tetap bertahan untuk tidak menggendong R ketika di box. Ternyata, situasi ini adalah pengalaman saya yang sangat berharga untuk saya. Sejak itu R tidak pernah lagi minta gendong sama saya, tapiiii ketika dia lihat si mbak lewat dia dengan cepat menunjukkan respon menangis untuk minta gendong sama si mbak. Yaudah, tanggung sendiri kan resikonya memanjakan anak? ya, resiko capek dan kerepotan sendiri.
Bayi itu cerdas, semua bayi terlahir pintar sejak dia dilahirkan. R waktu itu berusia 5 bulan, dia sudah pintar memilih kepada siapa ia bisa meminta agar keinginannya dituruti. Bukan karena R pintar, tapi semua bayi. Tidak ada bayi yang lahir minta nenen bapaknya kan?? Meskipun bayi belum bisa melihat dia bisa memilih dengan siapa ia ingin menyusu melalui bau khas dari sang ibu. Apalagi anak udah dewasa ya, pasti dia lebih tau antara bapaknya atau ibunya yang bisa dimintain uang jajan. Hehe.. Prinsip ini saya tanam dalam-dalam supaya saya tetap konsisten disiplin meskipun anak merengek.
Mulai dari membiasakan makan di high chair, pakai celemek, no cemilan sebelum makan besar, membiasakan makan makanan sehat, menyusu tanpa harus mengigit puting, membiasakan anak merapikan mainannya sendiri, pakai sepatu sendiri, bermain di dalam safety gate, menyikat gigi, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karna sudah terbiasa, R selalu meminta dengan sendirinya kegiatan itu tanpa merasa dipaksa atau tidak suka.
Saya punya cara tersendiri mengelola emosi R, ketika R merengek untuk dituruti kemauannya biasanya saya selalu mengalihkan perhatiannya ke hal lain yang lebih seru, ketika R mogok untuk disiplin saya mencoba memberikan pengertian bahwa duduk di High Chair itu asik, bisa santai dan menikmati makanan dengan tangan R sendiri, main di safety gate itu juga bisa asik, karna di dalamnya banyak mainan seru, begitu juga dengan menggosok gigi dan merapikan mainan, karena aktifitas itu juga merupakan bagian dari kegiatan bermain. Soal membiasakan makanan sehat, saya tidak pernah membiasakan anak untuk makan makanan yang tidak sehat, jadi untuk anak seusia R emang agak aneh dengan pola makannya, dia tidak suka es krim dan tidak suka makanan yang sangat manis, kerupuk apalagi junk food, dia lebih suka makanan 4 bintang. Nutrisi ini sangat penting bagi saya untuk menciptakan karakter anak yang baik, karena di dalamnya berpengaruh besar untuk keseimbangan hormon di dalam tubuhnya sehingga mood nya pun juga selalu baik.
Dengan cara saya mendisiplinkan R, R tetap dekat dengan ibunya, karna saya sudah menciptakan image dalam dirinya bahwa apa yang dipilihkan ibunya sih pasti seru-seru aja buat di lakoni. Tetapi bukan berarti semua keinginan R tidak saya penuhi ya, sepanjang keinginan R itu baik dan tidak berbahaya dan saya pun menyanggupinya, Why Not?
Hasilnya memang dalam kepribadian R banyak sisi positif yang terbentuk, mulai dari kemandirian, gak gampang rewel, juga tidak pernah mengalami tantrum/ngamuk. Awalnya R anak yang sangat manja dan cengeng lho, dari situ saya tidak mau ada kata 'terlanjur' ketika anak sudah memasuki usia 18 bulan karna akan semakin sulit mengubah kepribadiannya. Dengan cara saya konsisten menerapkan disiplin tapi happy dia berubah jadi anak yang sangat periang dan menyenangkan. Padahal untuk membangun karakter R menjadi seperti ini perlu ketelatenan dan kesabaran yang amat sangat, terutama sabar menahan diri untuk tidak menuruti keinginan anak yang tidak baik.
  • Love
  • Save
    Add a blog to Bloglovin’
    Enter the full blog address (e.g. https://www.fashionsquad.com)
    We're working on your request. This will take just a minute...