windyasri

Toilet Training #Part 1 Done!


Akhirnya perjalanan Toilet Training sudah setengah perjalanan, yaitu di usia mulai 16 bulan R sudah bisa rutin minta BAB di toilet. Dia tidak ingin lagi pup di popok karna merasa jijik dan risih. Setengah perjalanan saya mendidik R untuk sukses Toilet Training buang air kecil masih jadi PR buat saya sebelum umur R mencapai 2 tahun. Goal ini sebenarnya juga menjadi ajang saya untuk bisa berhemat membeli popok dan upaya untuk lebih Go Green, selain itu melatih anak berkomunikasi, menjaga kebersihan dan mandiri sejak dini.
Ok, sebelum masuk cerita soal Toilet Training, saya ingin share awal mula R bisa berkomunikasi, karena komunikasi adalah modal paling awal agar Toilet Training bisa berjalan mulus.

Saya sebenarnya bukan tipe ibu yang mewajibkan anak harus bisa ini dan itu lebih cepat. Tidak. Tapi, saya menerapkan semuanya sesuai dengan kemampuan anak. Waktu itu saya sempat khawatir karna R sampai umur setahun belum bisa bicara, tapi setelah R sudah bisa jalan dia mulai banyak berbicara. Di umur 16 bulan R sudah bisa berkomunikasi, ditanya mau kemana dan dari mana bisa jawab, disuruh apa mengerti, dan banyak maunya, bahkan di umur segini udah bisa nyanyi pake lirik lagu. Karna ngomongnya banyak banget gak pake capek, berasa boneka chas-chasan tanpa kehabisan batrai, yang momong kewalahan menanggapi omongan R yang apa-apa semua disebut, dan sudah mulai bisa buat alasan supaya keinginannya dituruti. R sudah tau bahwa ibunya pura-pura tidak mendengarkan rengekan dan tidak mau menuruti keinginannya jika pakai cara menangis, saya baru mendengar dan meresponnya ketika R belajar untuk meminta sesuatu dengan sopan dan tidak merengek, dampaknya R sudah mulai bisa pakai alasan supaya keinginannya dituruti, bisa dibilang R belajar hal baru soal apa yang namanya 'negosiasi'. (saya kadang heran deh! anak ini terlalu berat untuk di deskripsikan karna eyangnya pun bingung anak kecil tingkahnya kaya orang tua). Saya jadi mengerti sedikit demi sedikit perkembangan R. Kadang ada saatnya perkembangannya terlambat dibanding anak-anak lain, tapi tau-tau di bulan berikutnya dia sudah menguasai banyak hal lebih banyak dan lebih cepat dibanding anak-anak seusianya. Itulah alasannya mengapa saya tidak pernah merasa khawatir, karena perkembangan setiap anak itu unik, baik skill maupun karakter.

Bagaimana langkah awal saya mengenalkan Toilet Training?
Modal yang sangat saya tanamkan dalam diri saya sebagai seorang ibu adalah konsisten. Konsisten dalam hal disiplin, dan mengenalkan sesuatu tanpa henti sampai bisa. Baik disiplin dalam hal makan, meminta sesuatu, berdoa sebelum melakukan sesuatu, dan hal-hal kecil lainnya. Pada saat R sudah mulai bisa berbicara di usia 1 tahun, seharusnya saya langsung membeli Toilet Training, tapi pada waktu itu saya sedang di luar kota, setelah pulang R yang sudah berusia 14 bulan baru saya belikan Toilet Training (sebenarnya sih, rencananya saya bisa lebih cepat mengajarkannya ketika sudah mulai bisa berbicara). R yang pilih sendiri Toilet Training yang dia suka yaitu warna hijau dengan gambar boneka Sesame Street.

Ayahnya R waktu itu juga sempet nawarin Toilet Training di Korea. Toiletnya lucu-lucu dan ada tutupnya lagi, saya belum menemukan Toilet Training model begini di Indonesia. Ah tapi kalo belinya dari sana kelamaan! dan ongkir kesini kan gak murah, jadilah beli Toilet Training warna hijau yang dipilih R sendiri. Ini beberapa Toilet Training versi Korea yang di capture ayahnya R, saya lihatnya gemes banget..karna model dan gambarnya lucu-lucu, R pasti suka kalo dia bisa lihat aslinya disana.




Pertama, konsistensi yang saya lakukan adalah terus berkomunikasi.
Setiap kali R BAB di popok saya berulang kali menasehatinya sambil menceboki R di Toilet mungilnya, "R sudah besar, kalo mau eek bilang mama ya. Maaa!!! eeek!! gitu ya nak. Kalo mau eek duduk disini jangan di popok lagi ya.."
Kata-kata itu terus saya ucapkan setiap kali R pup sampai R bosan banget kali ya dengernya, selama 3 bulan lamanya sampai usia R 16 bulan. Dan setiap ada gelagat R diam karna sedang mengejan ingin pup, saya langsung buru-buru angkat R ke toilet, supaya R juga mengerti tempat buang air besar. Capek sih, karna sering ngangkat R sambil lari-lari sampe ke toilet..heheh..


Kedua, saya membangun rutinitas dan kebiasaan. Setiap pagi sebelum R mandi, R selalu saya dudukkan di toilet terlebih dahulu, entah dia mau BAB, pipis atau gak sama sekali yang penting saya dudukkan di toilet beberapa menit dan berharap agar R juga mengerti maksud saya mendudukkannya di toilet. Rutinitas ini juga dilakukan ketika menjelang tidur malam.

Ketiga, reward berupa pujian. Yang ini ide saya sendiri, saya menanamkan cara bagaimana anak bisa melakukan sesuatunya dengan senang hati dan mau mengulanginya kembali. Ketika R didudukkan di Toilet dan berhasil BAB pasti ada bunyi "Plung!" seperti bunyi batu yang nyemplung ke air dari ketinggian, hahah. Nah saat bunyi itulah saya langsung sumringah, bilang Hore sambil tepuk tangan dan memujinya "Hore R sudah pintar ya, besok kalo mau eek disini lagi ya, sampe bunyi Plung!" memberikan sinyal kepada anak atas prestasi yang sudah dia lakukan itu penting. Sehingga anak ingin mengulangi lagi kejadian menarik ini.
Lucunya, sampai sekarang ketika R mendengar bunyi "Plung!" eeknya sendiri di toilet, dia tertawa sambil tepuk tangan. Ya ampunnn, semoga kebiasaan ini gak keterusan di Toilet umum.

Kira-kira begitulah perjalanan saya mengajarkan R Toilet Training, tidak penting seberapa cepat anak bisa melakukannya karna saya sangat menikmati dan menghargai prosesnya. Yang paling penting adalah konsistensi dan ketelatenan seorang ibu mendidik anak, karna suatu saat nanti pasti buah manisnya akan kita rasakan sendiri.
  • Love
  • Save
    Add a blog to Bloglovin’
    Enter the full blog address (e.g. https://www.fashionsquad.com)
    We're working on your request. This will take just a minute...